Kudapati diriku dalam alam tanpa sadar yang begitu kelam.
Terhanyut hingga ke muara yang petang, bau usang.
Longoklah dalam pada dinding kaca yang sengaja menyerpihkan tubuhnya kecil-kecil.
Menusuk-nusuk manis pada sepotong hatiku yang jambu.
Ingatkah kau kawan?
Pada kisahku yang membulirkan air asin pada sudut matamu?
Mencengkam bukan?
Seperti itulah rasa sunyi yang menyambangiku malam-malam.
Begitu syahdu mengajakku menikmati keindahannya hingga kepayang.
Romantisme kesunyian itu hilang dibawa kelam yang memetangi alam.
Aku tak ingin kehilangan sunyi.
Sunyiku kudu mencengkam.
Agar kudapat menangkap bayang-bayang.

0 komentar:

Posting Komentar