Semua yang berada dibelakangku mulai berubah ketika kumantapkan langkah mengarah ke masa depan. Kematian selalu ada setelah kehidupan. Bukankah begitu? Dan setelah masa lalu, selalu ada masa depan. Tuhan memiliki alasan dan kita punya kesempatan.
Beberapa bulan terakhir ini, setelah melalui banyak hal yang mencengangkan dan sulit untuk kulupakan, aku mulai menyadari hidup seperti apa. Kemudian kuputuskan untuk melanjutkan hidupku. Aku berhak untuk itu.
Biasanya setiap orang memulai harinya setiap senin. Namun aku memulai hari saat minggu. Aku mengajar hari ini. Muridku lucu sekali. Kadang aku ingin menyelami alam pikirannya. Berpura-pura seperti dia. Agar aku dapat mengoreksi cara mengajarku. Membosankankah atau monotonkah. Tapi, sia-sia. Aku nggak bisa. Bagaimana mungkin gadis berusia 19 tahun mencoba menjadi lelaki berusia 8 tahun?
Stupid!
Tapi kupikir mengajar menyenangkan juga. Aku hanya perlu bertahan...
It's my life.
Biasanya ketika pagi menjelang, dengan senang hati akan mendengarkan irama burung dan sebagainya. Tapi, disini, yang kudengar hanyalah kicauan sepeda motor yang melengking keras. Merusak pagiku dengan secangkir teh hangat.
Semalam, setelah insomnia kambuh lagi, aku menenangkan diri dengan segelas susu coklat yg katanya mampu membuat ngantuk. Efektif! Akhirnya aku tidur... dengan sebelumnya mengakhiri semua obrolan dengan beberapa teman di facebook.
Hari ini mau ngapain, yaa....
Beberapa teman mengajak keluar. Malez banget...
Ke LIP? Aku gak mau dengerin orang ngomong Perancis lagi!
Ah,
Si Jelek lagi ngapain, y, dirumah?
Hmm...
Pengen sante-sante aja minggu ini. Kangen si Jelek, tapi sebel juga.
Harusnya pagiku istimewa. Istimewa dengan segala planning yang rapi. Ah, jadi orang santai aja hari ini! No more planning...
Dan tak kudengar alam berdendang...
Hei! Kemana aja loe?
Lama nggak nongol! Gitu kali yaa, kalo blogku bisa protes ke aku..
Hmm.... Aku ngarasa akhir-akhir ini memang ngoyo banget. Jadi nggak ada waktu buat diri sendiri dan orang tersayang.
Tapi aku yakin. Ini baru awal. Aku ingin menjejak langkah yang tertinggal. Agar semua orang tak mudah melepas aku dari ingatan mereka.
Kejam pada diri sendiri? Nggak juga. Dulu aku terlalu memanjakan diri. Kini saatnya kerja keras dan mencari jalan mempelajari arti hidup.
Kejam pada orang tersayang? Nggak juga. Segalanya berjalan baik menurutku. Si Jelek juga nggak pernah mengeluhkan intensitas ketemu kita yang super sempit. Pengertian, that's the key! Dia juga nggak kalah sibuknya sama aku.
Huuaah.... ngantuk!
It's time to sleep...
Bye!
Dulu saya sangat tertarik dengan kehidupan angkasa luar. Entah itu UFO, ET dan lain-lain. Saya selalu yakin, bahwa alien, makhluk berlendir berwarna hijau itu benar-benar nyata. Hingga akhirnya saya menjadi sangat menyukai memandang bulan dan bintang di malam hari (waktu itu saya berharap dapat melihat bayangan manusia berjalan di bulan. Neil Amstrong benar-benar menjadi ilham kenapa saya begitu). Dalam sekejap saya menyukai sains. Menyukai bintang. Bulan. Angkasa luar. Mengamati langit di malam hari. Berharap suatu saat saya dapat menjejak langkah di bulan.
Hari-hari saya habiskan hanya untuk membaca buku di perpustakaan kota (orang tua saya telah membuatkan kartu anggota perpustakaan kota sejak saya sudah bisa membaca. Berarti saya telah memiliki kartu perpustakaan ketika berusia empat tahun! Adakah anda seperti saya?). Saya banyak membaca buku tentang itu semua. Bahkan saya menguasai banyak teori terciptanya alam semesta (sekarang tak ada jejaknya dalam otak saya, yang tersisa hanyalah teori Big Bang). Semakin lama, saya semakin sadar. Alam semesta menyimpan banyak misteri dan saat itu juga saya berkeinginan untuk mengabdikan diri pada NASA, agar hasrat keilmuan saya akan alam ini terpuaskan. Ketika anak seusia saya menyukai bermain Barbie (saya lahir dan besar di kota. Jadi mainannya adalah Barbie. Bukan gobhak sodhor), saya lebih asyik membuat gambar tentang UFO, memainkan imajinasi ketika bertemu dengan ET, menonton film tentang luar angkasa, berharap di recruit Power Rangers untuk membasmi alien jahat, dan lain-lain (saya sempat takjub dengan diri saya sendiri, bagaimana bisa saya mampu mengerjakan itu semua, melihat kesibukan saya yang padat sebagai anak kecil?)
Waktu itu saya baru berumur delapan tahun. Kesukaan saya yang berlebihan ternyata membuat Bapak khawatir. Kemudian dialihkanlah perhatian saya dari UFO ke kehidupan Dinosaurus. Diajaknya saya menonton film kartun tentang dinosaurus, seperti Little Foot dan Dinosaurs. Dibelikan ensiklopedia tentang jenis-jenis Dinosaurus dan miniature Dinosaurus. Ternyata Ayah tak berhasil menghilangkan problem kecanduan saya. Bukan, bukan karena perhatian saya tetap terpaku pada angkasa luar. Melainkan saya pada akhirnya menjadi kecanduan dinosaurus, hahaha…
Saya memang mudah untuk menyukai sesuatu. Pada akhirnya saya tetap menjadi orang yang adiktif terhadap hal-hal yang menarik perhatian saya. Tak salah orang tua saya begitu khawatir melihat tingkah laku saya yang seperti itu. Tetapi, pada akhirnya itu membuat saya berbeda dengan anak-anak seusia saya. Saya menjadi lebih peka. Setiap sore setelah pulang mengaji Qiroati, saya sempatkan untuk menonton serial anak Jepang. Ultraman. Berbagai macam jenis Ultraman dan monster-monsternya saya hafal (saya dulu mengira bahwa dinosaurus itu satu jenis dengan monster-monster Ultraman).
Beberapa bulan kemudian saya menjadi sangat menyukai Ultraman dan bermimpi menikah dengannya. Finally, I know it’s very silly. Karena kemudian saya tahu, bahwa dinosaurus dan monster Ultraman berbeda. Dan saya tahu setelah menonton film Jurrasic Park berkali-kali. Demi melampiaskan kekecewaan karena kebodohan dan salah sangka. Saya banting stir dengan menonton film Lion King dan Discovery Channel (setelah orang tua mengambil keputusan untuk berlangganan tv kabel, saya bisa menonton saluran Discovery yang saat itu belum booming di Indonesia). Endingnya pun bisa ditebak. Saya jadi tergila-gila pada satwa liar.
Dunia seakan ikut tertelan oleh lenyapmu
Aku yang hampa tak mampu berkata
Bahkan bersuara.
Meski rapuh,
Tak kumiliki teluh
Hingga syair pujian terhenti sampai disini.
Ketika aku jatuh cinta,
Kudapati euphoria dalam diriku manjadi gila.
Ketika aku merasa bahagia,
Beribu bintang pun seakan menyumbang tawa.
Ketika aku ingin bicara,
Rumput dan dedaunan memberi jeda.
Dan ketika aku merasa sepi,
Dunia seolah-olah ikut mati.
Mereka menertawakan saya dan mengatai saya. Mereka bilang saya tolol. Karena saya lebih suka memakai kostum monyet daripada manusia. Karena saya lebih suka bertingkah seperti monyet ketimbang manusia. Saya menertawakan dan mengatai mereka yang menertawakan dan mengatai saya. Saya bilang mereka tolol. Karena mereka lebih suka memakai kostum manusia daripada monyet. Karena mereka lebih suka bertingkah seperti manusia ketimbang monyet. Mereka heran. Maka tampak bertambah tolol lah mereka yang menertawakan dan mengatai saya itu. Saya lebih memilih untuk menjadi monyet yang memang tidak dikaruniai akal lebih oleh Tuhan. Daripada menjadi manusia yang ternyata berakal tak lebih baik dari monyet